4 Cara Mendapat Tiket Kereta Api Murah

4 Cara Mendapat Tiket Kereta Api Murah

Tiket Kereta Murah dengan Tarsus: Hemat Biaya Perjalanan, Ini Caranya!

Kereta api menjadi salah satu moda transportasi favorit di Indonesia, terutama untuk perjalanan antar kota di Pulau Jawa. Selain nyaman dan relatif tepat waktu, kereta api juga menawarkan pemandangan indah sepanjang perjalanan. Namun, harga tiket kereta api, terutama untuk kelas eksekutif, seringkali menjadi pertimbangan bagi sebagian orang. Kabar baiknya, ada cara untuk mendapatkan tiket kereta api dengan harga yang lebih terjangkau, yaitu melalui program Tarsus (Tarif Khusus). 

Tiket Tarsus merupakan solusi cerdas bagi Anda yang ingin menikmati perjalanan kereta api dengan harga yang lebih hemat. Dengan mengetahui cara mendapatkan dan tips memaksimalkan peluang, Anda bisa merencanakan perjalanan yang menyenangkan tanpa harus khawatir dengan biaya yang mahal. Jadi, tunggu apa lagi? Segera manfaatkan program Tarsus dan nikmati perjalanan kereta api yang lebih terjangkau.

Apa Itu Tiket Tarsus?

Tarsus, singkatan dari Tarif Khusus, adalah program dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang menawarkan tiket kereta api dengan harga lebih murah dari tarif normal. Tiket ini tersedia untuk relasi atau rute tertentu yang masih memiliki tempat duduk kosong (idle seat). Dengan kata lain, Tarsus adalah “obral” tiket untuk kursi yang belum terjual. 

Perbedaan Tarsus dengan Go Show

Seringkali, masyarakat menganggap Tarsus sama dengan Go Show. Padahal, keduanya memiliki perbedaan mendasar. Go Show adalah pembelian tiket langsung di loket stasiun pada hari keberangkatan atau beberapa jam sebelum kereta berangkat. Sementara itu, Tarsus adalah tiket dengan potongan harga yang bisa dibeli minimal dua jam sebelum keberangkatan, baik melalui loket di stasiun maupun aplikasi KAI Access.

Perbedaan utama lainnya adalah, membeli tiket Go Show tidak otomatis mendapatkan diskon, sedangkan tiket Tarsus sudah pasti mendapatkan harga khusus atau potongan. Namun, perlu diingat bahwa tiket Tarsus hanya tersedia jika masih ada tempat duduk yang tersisa. 

Keuntungan Menggunakan Tiket Tarsus

Berikut adalah beberapa keuntungan yang bisa Anda dapatkan dengan memanfaatkan tiket Tarsus:

  • Harga Lebih Murah: Keuntungan utama tentu saja harga tiket yang lebih rendah dibandingkan tarif normal. Potongan harga bisa signifikan, terutama untuk kelas eksekutif. 
  • Fleksibilitas: Tiket Tarsus memberikan fleksibilitas bagi Anda yang memiliki rencana perjalanan mendadak atau tidak terikat dengan jadwal yang pasti.
  • Alternatif Kereta Api Jarak Jauh: Tarsus bisa menjadi alternatif pilihan selain kereta lokal, dengan menggunakan kereta api jarak jauh. 
  • Hemat Biaya Perjalanan: Dengan harga tiket yang lebih murah, Anda bisa menghemat biaya perjalanan secara keseluruhan, yang bisa dialokasikan untuk kebutuhan lain selama perjalanan.

4 Cara Mendapatkan Tiket Tarsus

Berikut adalah langkah-langkah untuk mendapatkan tiket Tarsus:

  1. Cek Ketersediaan Tiket:
  • Aplikasi KAI Access: Unduh dan buka aplikasi KAI Access di smartphone Anda. Pilih menu “Antar Kota”, masukkan stasiun keberangkatan dan tujuan. Cari tiket Tarsus pada jadwal kereta yang Anda inginkan. Tiket Tarsus biasanya muncul 2 jam sebelum keberangkatan.
  • Loket Stasiun: Datanglah ke loket stasiun kereta api minimal 2 jam sebelum waktu keberangkatan. Tanyakan kepada petugas loket mengenai ketersediaan tiket Tarsus untuk rute yang Anda inginkan.
  1. Pesan Tiket:
  • Aplikasi KAI Access: Jika tiket Tarsus tersedia di aplikasi, segera lakukan pemesanan dan pembayaran melalui metode yang tersedia (m-banking, kartu kredit, dll). 
  • Loket Stasiun: Jika tiket Tarsus tersedia di loket, sebutkan nama kota atau stasiun tujuan perjalanan dan jumlah penumpang. Petugas akan menginformasikan tiket Tarsus yang tersedia beserta harga dan kelas kereta. Jika sesuai, lanjutkan proses pembelian dengan menunjukkan kartu identitas dan membayar harga tiket. 
  1. Selesaikan Pembayaran:
  • Pastikan Anda menyelesaikan pembayaran sebelum waktu yang ditentukan agar tiket tidak hangus.
  1. Dapatkan Tiket:
  • Setelah pembayaran berhasil, Anda akan menerima e-ticket (jika memesan melalui aplikasi) atau tiket fisik (jika membeli di loket). Simpan tiket tersebut dengan baik dan tunjukkan saat boarding.

 

Tips Mendapatkan Tiket Tarsus

Berikut adalah beberapa tips yang bisa Anda coba untuk meningkatkan peluang mendapatkan tiket Tarsus:

  • Cek Secara Berkala: Pantau aplikasi KAI Access secara berkala, terutama 2 jam sebelum keberangkatan kereta yang Anda inginkan. 
  • Hindari Waktu Sibuk: Peluang mendapatkan tiket Tarsus lebih besar pada hari kerja biasa (weekday) dibandingkan akhir pekan (weekend) atau musim liburan. 
  • Fleksibel dengan Jadwal: Jika memungkinkan, fleksibelkan jadwal perjalanan Anda. Pilih kereta dengan jadwal yang kurang populer atau di luar jam sibuk.
  • Siapkan Data Diri: Siapkan kartu identitas dan informasi perjalanan yang diperlukan agar proses pemesanan lebih cepat.
  • Manfaatkan Notifikasi: Aktifkan notifikasi di aplikasi KAI Access agar Anda mendapatkan informasi terbaru mengenai ketersediaan tiket Tarsus.

Rute yang Umumnya Menawarkan Tiket Tarsus

Meskipun tidak semua rute menawarkan tiket Tarsus, beberapa rute populer berikut ini seringkali memiliki promo Tarsus:

  • Gambir – Cirebon
  • Bandung – Tasikmalaya
  • Bandung – Banjar
  • Bandung – Purwakarta
  • Bandung – Garut
  • Bandung – Cirebon
  • Bandung – Cikampek
  • Cirebon – berbagai kota di Jawa Tengah
  • Semarang – Surabaya
  • Yogyakarta – Kutoarjo
  • Solo – Cilacap

Namun, perlu diingat bahwa ketersediaan tiket Tarsus dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada kebijakan KAI dan tingkat keterisian tempat duduk.

Informasi lainnya sosial media @lingkar kata

Pengaktifan Kembali Jalur Kereta Api yang Mati: Upaya Strategis Mendukung Mobilitas dan Perekonomian 2025

Pengaktifan Kembali Jalur Kereta Api yang Mati: Upaya Strategis Mendukung Mobilitas dan Perekonomian 2025

Indonesia memiliki sejarah panjang dalam pengembangan jaringan kereta api yang tersebar di berbagai wilayah. Namun, seiring waktu, sejumlah jalur kereta api mengalami penutupan dan menjadi tidak aktif karena berbagai faktor, seperti biaya operasional yang tinggi, perubahan kebutuhan transportasi, dan perkembangan infrastruktur lain. Kini, pemerintah dan pihak terkait tengah gencar melakukan pengaktifan kembali (reaktivasi) jalur-jalur kereta api yang selama ini mati, sebagai upaya strategis untuk meningkatkan mobilitas masyarakat, mendukung distribusi logistik, dan menggerakkan perekonomian daerah.

Pengaktifan kembali jalur kereta api yang mati merupakan langkah strategis pemerintah untuk mendukung mobilitas, distribusi logistik, dan pengembangan ekonomi di berbagai wilayah Indonesia, terutama di Jawa Barat. Meski menghadapi tantangan besar dari segi biaya dan pembebasan lahan, potensi manfaat yang akan diperoleh sangat besar, mulai dari peningkatan aksesibilitas wisata, efisiensi distribusi produk pertanian dan industri, hingga kemudahan mobilitas masyarakat.

Dengan perencanaan matang, kolaborasi antar lembaga, dan dukungan masyarakat, reaktivasi jalur kereta api ini dapat menjadi tonggak baru dalam perjalanan transportasi Indonesia menuju masa depan yang lebih maju dan berkelanjutan.

Latar Belakang Pengaktifan Kembali Jalur Kereta Api

Jalur kereta api yang tidak aktif di Indonesia cukup banyak, terutama di Pulau Jawa. Menurut data, banyak jalur yang ditutup pada masa kolonial hingga era kemerdekaan, dan beberapa di antaranya sempat diaktifkan kembali pada masa awal kemerdekaan oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) karena potensi ekonomis dan kepentingan strategis militer. Namun, pada periode 1970-an hingga 1990-an, banyak jalur kembali dinonaktifkan akibat berbagai kendala.

Kini, kebutuhan transportasi yang semakin meningkat, terutama untuk mendukung sektor pertanian, pariwisata, dan industri, mendorong pemerintah untuk menghidupkan kembali jalur-jalur tersebut. Reaktivasi jalur kereta api dinilai mampu menjadi solusi transportasi massal yang efisien, mengurangi kemacetan jalan raya, serta memperlancar distribusi barang dan mobilitas masyarakat.

Jalur Kereta Api yang Akan Direaktivasi di Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu wilayah yang fokus pada program reaktivasi jalur kereta api. Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Kementerian Perhubungan dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) tengah mempersiapkan pengaktifan kembali lima jalur kereta api yang sudah lama tidak beroperasi. Kelima jalur tersebut adalah:

  • Banjar – Cijulang (82 km)
    Jalur ini menghubungkan Banjar dengan Cijulang, melewati daerah seperti Banjarsari, Kalipucang, dan Pangandaran. Jalur ini dibangun pada masa kolonial Belanda dan sempat berhenti beroperasi sejak 1981 karena biaya operasional yang tidak seimbang dengan pendapatan.
  • Cibatu – Garut – Cikajang (47,5 km)
    Merupakan jalur yang menghubungkan Cibatu ke Cikajang di wilayah perbukitan Garut, dikenal sebagai salah satu lintasan tertua yang diresmikan oleh Staatsspoorwegen pada 1930.
  • Rancaekek – Tanjungsari (11,5 km)
    Jalur ini juga dibangun oleh Staatsspoorwegen dan sempat tidak aktif sejak lama. Reaktivasi jalur ini diharapkan dapat mendukung mobilitas masyarakat dan logistik di daerah tersebut.
  • Cipatat – Padalarang (17 km)
    Jalur yang menghubungkan Cipatat dan Padalarang ini juga masuk dalam rencana reaktivasi untuk memperlancar akses dan distribusi barang.
  • Cikudapateuh (Bandung) – Ciwidey (37,8 km)
    Jalur ini memiliki potensi strategis untuk mendukung pariwisata dan mobilitas masyarakat di wilayah Bandung Selatan.

 

Tujuan dan Manfaat Reaktivasi Jalur Kereta Api

Pengaktifan kembali jalur kereta api yang mati ini memiliki beberapa tujuan utama yang strategis, antara lain:

  • Meningkatkan aksesibilitas kawasan wisata
    Jalur kereta yang direaktivasi akan memudahkan akses wisatawan ke destinasi populer seperti Pangandaran dan Garut, sehingga dapat mendorong pertumbuhan sektor pariwisata daerah.
  • Memperluas pendistribusian logistik pertanian dan industri
    Jalur-jalur ini akan membantu mengangkut hasil pertanian dan produk industri dengan lebih efisien dan ekonomis, mendukung pemasaran produk lokal ke pasar yang lebih luas.
  • Mempermudah mobilisasi masyarakat
    Kereta api yang diaktifkan kembali akan menjadi alternatif transportasi massal yang nyaman dan terjangkau, mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi dan mengurangi kemacetan lalu lintas.

Tantangan dan Biaya Reaktivasi

Pengaktifan kembali jalur kereta api yang sudah lama tidak beroperasi bukan tanpa tantangan. Banyak jalur yang kini sudah berubah fungsi menjadi permukiman, fasilitas umum, atau bangunan lain, sehingga diperlukan proses pembebasan lahan yang kompleks dan biaya besar.

Menurut dokumen Dirjen Perkeretaapian, reaktivasi lima jalur di Jawa Barat ini membutuhkan anggaran sekitar Rp 20 triliun. Rincian biaya antara lain:

  1. Jalur Banjar-Cijulang: Rp 1,894 triliun untuk prasarana dan Rp 230 miliar untuk sarana.
  2. Jalur Cibatu-Garut-Cikajang: Rp 1,649 triliun untuk prasarana dan Rp 115 miliar untuk sarana.
  3. Jalur Rancaekek-Tanjungsari: Rp 865 miliar untuk prasarana dan Rp 230 miliar untuk sarana.

Biaya tersebut mencakup pembangunan kembali rel, stasiun, fasilitas penunjang, serta pembebasan lahan yang telah berubah fungsi.

Langkah-Langkah Reaktivasi

Proses reaktivasi jalur kereta api dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan skala prioritas berdasarkan potensi ekonomi, sosial, dan teknis. Inventarisasi data dan studi kelayakan menjadi tahap awal untuk menentukan jalur mana yang akan diaktifkan lebih dulu.

Pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, serta PT KAI berperan bersama dalam pembagian tugas dan pembiayaan proyek ini. Sinkronisasi antara berbagai pihak menjadi kunci keberhasilan reaktivasi.

Dampak Positif Pengaktifan Jalur Kereta Api

Reaktivasi jalur kereta api yang mati diharapkan membawa dampak positif luas, seperti:

  • Pengembangan ekonomi daerah
    Jalur kereta api yang aktif akan membuka peluang investasi, mempercepat distribusi barang, dan meningkatkan daya saing produk lokal.
  • Pengurangan kemacetan dan polusi
    Dengan semakin banyak masyarakat yang beralih ke kereta api, beban jalan raya dapat berkurang, sehingga mengurangi kemacetan dan emisi kendaraan bermotor.

 

Peningkatan kualitas hidup masyarakat

Akses transportasi yang lebih baik akan memudahkan masyarakat dalam aktivitas sehari-hari, seperti bekerja, sekolah, dan berwisata.

 

Informasi lainnya Sosial Media @Lingkar Kata

Sejarah dan Perkembangan Kereta Lori Tebu di Indonesia: Masa Kejayaan hingga tahun 2025

Sejarah dan Perkembangan Kereta Lori Tebu di Indonesia: Masa Kejayaan hingga tahun 2025

Kereta lori tebu memiliki sejarah panjang dan peran strategis dalam perkembangan industri gula di Indonesia sejak masa kolonial hingga era modern. Pada masa kejayaannya, kereta lori menjadi moda transportasi utama yang menghubungkan ladang tebu dengan pabrik gula, mendukung produksi dan ekspor gula nasional.

Meski kini peran kereta lori mulai tergantikan oleh kendaraan bermotor, warisan sejarah dan beberapa operasi terbatas masih bertahan sebagai saksi bisu kejayaan industri gula Indonesia. Pelestarian dan pengembangan wisata heritage kereta lori tebu menjadi langkah penting untuk menjaga memori sejarah sekaligus mengenalkan teknologi transportasi masa lalu kepada masyarakat luas.

Sejarah Kereta Lori Tebu di Indonesia

Kereta lori tebu mulai dikenal di Indonesia sejak era kolonial Belanda, khususnya pada abad ke-19 ketika industri gula mulai berkembang pesat di Pulau Jawa. Sistem tanam paksa (Cultuur-Stelsel) yang diterapkan Belanda pada 1830-1850 mendorong pembangunan pabrik gula dan perkebunan tebu secara besar-besaran. Untuk menunjang efisiensi pengangkutan tebu dari ladang ke pabrik, dibangunlah jaringan jalur rel khusus dengan kereta lori berukuran kecil yang mampu melintasi medan perkebunan yang sulit.

Jalur kereta lori ini memiliki lebar rel yang bervariasi, mulai dari 600 mm hingga 900 mm, tergantung pabrik dan produsen kereta. Sebagian besar kereta lori dan lokomotifnya diproduksi oleh perusahaan Jerman dan Belanda. Satu rangkaian kereta lori biasanya terdiri dari satu lokomotif kecil yang menarik 10-15 lori, dengan kapasitas setiap lori sekitar 3-4 ton tebu. 

Salah satu contoh jaringan kereta lori yang terkenal adalah di wilayah Malang, Jawa Timur, di mana pabrik gula seperti SF Keboenagoeng (dibangun 1906), SF Krebet (1896), dan SF Sempalwadak (1881) memiliki jalur rel yang menghubungkan ladang tebu dengan pabrik. Jalur ini bisa mencapai panjang puluhan kilometer dan sangat penting dalam mendukung produksi gula yang menjadi komoditas ekspor utama Hindia Belanda.

 

Masa Kejayaan Kereta Lori Tebu

Pada masa kejayaan industri gula Indonesia, terutama antara tahun 1840 hingga 1920, kereta lori tebu menjadi tulang punggung transportasi pengangkutan tebu dan gula. Kereta ini mampu menarik beban berat dan melaju dengan kecepatan sekitar 10-15 km per jam, cukup efisien untuk medan perkebunan yang beragam. 

Sistem kereta lori ini tidak hanya mengangkut tebu, tetapi juga pupuk dan bahan lain yang dibutuhkan di perkebunan. Infrastruktur jalur rel yang rumit dan tersebar luas di sekitar pabrik gula menunjukkan betapa pentingnya peran kereta lori dalam operasional pabrik dan keberlangsungan industri gula.

Di beberapa lokasi, seperti di perempatan Jimbun, Kediri, terdapat depo dan bengkel besar yang menjadi pusat perawatan lokomotif uap dan lori. Pada musim giling tebu, aktivitas lori sangat padat, bahkan hampir 24 jam non-stop, menunjukkan tingginya produktivitas dan ketergantungan pabrik gula pada moda transportasi ini. 

Peran Kereta Lori Tebu dalam Industri Gula Nasional

Industri gula Indonesia sempat menjadi salah satu yang terbesar di dunia pada masa kolonial, dengan Hindia Belanda menempati posisi sebagai eksportir gula terbesar kedua di dunia. Kereta lori tebu menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan ini karena mampu menghubungkan ladang tebu yang tersebar dengan pabrik gula secara efisien.

Pabrik-pabrik gula besar seperti SF Krebet, SF Keboenagoeng, dan SF Sempalwadak memiliki jaringan rel yang panjang dan lokomotif bertenaga besar, bahkan ada yang mampu menarik hingga 50 lori sekaligus, setara dengan kapasitas satu truk besar. Hal ini menunjukkan bahwa kereta lori tebu bukan hanya moda transportasi sederhana, melainkan sistem transportasi masal yang sangat efektif.

 

Perkembangan dan Kondisi Kereta Lori Tebu di Masa Kini

Seiring berjalannya waktu, terutama sejak akhir 1980-an, peran kereta lori tebu mulai tergantikan oleh truk dan kendaraan bermotor lain yang lebih fleksibel dan efisien, terutama untuk medan yang menanjak dan wilayah perkebunan yang semakin luas ke pegunungan. Banyak jalur rel lori yang kemudian tidak difungsikan lagi dan tertimbun tanah atau beralih fungsi menjadi jalan dan bangunan lain.

Beberapa pabrik gula yang dulu berjaya dengan jaringan kereta lori kini telah tutup atau dialihfungsikan, seperti PG Colomadu, Tasikmadu, dan Kartasura di Jawa Tengah. Namun, masih ada pabrik gula yang mempertahankan sistem kereta lori, meski dalam skala terbatas dan dengan teknologi yang lebih modern.

Di Malang, misalnya, pabrik gula Krebet dan Kebonagung masih mengoperasikan kereta lori untuk mengangkut tebu dari kebun tradisional ke pabrik. Lokomotif yang digunakan sudah mengalami modernisasi, sebagian menggunakan mesin diesel dengan daya yang lebih besar dan efisien.

Selain itu, beberapa situs wisata heritage di Indonesia juga memanfaatkan sisa-sisa kereta lori tebu sebagai daya tarik sejarah dan budaya, seperti di Jatibarang, Jawa Barat, yang menampilkan kereta lori sebagai bagian dari wisata edukasi. 

Warisan dan Pelestarian Kereta Lori Tebu

Kereta lori tebu merupakan bagian penting dari warisan sejarah industri dan transportasi Indonesia. Beberapa lokomotif dan jalur rel yang tersisa kini menjadi objek pelestarian dan dokumentasi sejarah. Misalnya, lokomotif legendaris di pabrik gula Kebonagung yang disimpan sebagai simbol kejayaan masa lalu. 

Selain itu, bangunan depot dan bengkel kereta uap di perempatan Jimbun, Kediri, yang dulunya menjadi pusat perawatan kereta lori, kini menjadi bagian dari cerita sejarah yang dikaji oleh para pengamat perkeretaapian dan sejarawan. 

Pelestarian ini penting untuk mengenang kontribusi kereta lori tebu dalam pembangunan ekonomi dan sosial Indonesia, serta sebagai bahan edukasi bagi generasi muda tentang teknologi dan industri masa lalu.

 

Informasi lainnya Sosial Media @LingkarKata

Karakteristik dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2025

Karakteristik dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2025

Apa yang Mereka Lakukan di Dunia Maya?

Bandung – Internet kini telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Dengan jumlah pengguna yang terus meningkat setiap tahun, serta bagaimana kebiasaan online ini membentuk budaya digital bangsa.

Perilaku pengguna internet di Indonesia tahun 2025 menunjukkan bahwa masyarakat semakin terkoneksi, adaptif, dan aktif di dunia maya. Mayoritas aktivitas dilakukan melalui perangkat seluler, dan konten hiburan menjadi aktivitas dominan. Namun, pengguna juga mulai terlibat dalam aktivitas yang lebih produktif seperti edukasi dan transaksi keuangan digital.

Tantangan ke depan adalah bagaimana mengarahkan kebiasaan daring masyarakat ke arah yang lebih produktif, aman, dan bertanggung jawab. Literasi digital, kesadaran keamanan siber, serta kemampuan memilah informasi akan menjadi kunci dalam membentuk masyarakat digital yang cerdas.

Jumlah Pengguna Internet Terus Bertumbuh

Pada awal tahun 2025, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 212 juta jiwa, atau sekitar 74,6% dari total populasi yang diperkirakan mencapai 285 juta jiwa. Ini berarti sekitar 3 dari 4 penduduk Indonesia telah terhubung dengan dunia maya. Tren ini menunjukkan bahwa internet bukan lagi layanan eksklusif, tetapi telah menjadi kebutuhan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia.

Pertumbuhan pengguna yang pesat juga mengindikasikan peningkatan literasi digital serta penetrasi jaringan yang makin merata, terutama di daerah-daerah urban dan semi-urban.

Siapa Saja Pengguna Internet Indonesia 2025?
  1. Berdasarkan Usia

Demografi pengguna internet tahun 2025 masih didominasi oleh kelompok usia produktif. Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet terbanyak berasal dari:

  • Generasi Z (12–27 tahun): 34,4%
  • Generasi Milenial (28–43 tahun): 30,6%
  • Generasi X (44–59 tahun): 18,9%
  • Baby Boomers (60–78 tahun): 6,5%
  • Post Gen Z (<12 tahun): 9,1%
  • Pre-Boomer (>79 tahun): 0,24%

Ini membuktikan bahwa internet sangat relevan di kalangan muda, khususnya pelajar, mahasiswa, dan pekerja digital. Namun, generasi lebih tua pun mulai menunjukkan peningkatan akses, seiring bertambahnya perangkat ramah pengguna dan edukasi digital.

  1. Berdasarkan Gender

Data APJII mencatat bahwa proporsi pengguna internet antara laki-laki dan perempuan nyaris seimbang:

  • Laki-laki: 50,9%
  • Perempuan: 49,1%

Perbedaan ini nyaris tidak signifikan, menandakan bahwa akses terhadap internet telah menjadi lebih inklusif lintas gender.

Perilaku Pengguna Internet: Apa yang Mereka Lakukan di Dunia Maya?

Pengguna internet di Indonesia memiliki pola perilaku digital yang beragam. Berikut adalah aktivitas daring yang paling sering dilakukan pada tahun 2025:

  1. Konsumsi Konten Hiburan

Aktivitas yang paling dominan masih berkaitan dengan hiburan:

  • Menonton video online (YouTube, TikTok, streaming): 76,3%
  • Mendengarkan musik online (Spotify, Joox): 56,1%
  • Game online: 18,4%
  • TV berbasis internet: 11,0%
  • Radio online: 3,1%

Lonjakan konsumsi video dan musik menunjukkan bahwa mayoritas pengguna internet Indonesia mengakses hiburan secara daring sebagai kegiatan utama. Dominasi platform seperti TikTok dan YouTube juga menjadi indikator tren konsumsi visual yang terus berkembang.

  1. Media Sosial dan Komunikasi

Media sosial tetap menjadi tulang punggung interaksi digital:

  • WhatsApp, Telegram: 92%
  • Instagram, Facebook, TikTok: 89%
  • Twitter/X, Threads: 37%
  • Snapchat, BeReal, lainnya: 14%

Media sosial tidak hanya digunakan untuk bersosialisasi, tetapi juga untuk konsumsi berita, pemasaran digital, bahkan berjualan online.

  1. Aktivitas Transaksional
  • Belanja online (Shopee, Tokopedia): 65%
  • Perbankan digital: 44%
  • Pembayaran digital (e-wallet seperti Gopay, Dana, OVO): 60%

E-commerce dan dompet digital telah menjadi bagian dari rutinitas pengguna, termasuk dari kalangan usia 40 tahun ke atas, yang kini semakin adaptif terhadap aplikasi keuangan digital.

  1. Pendidikan dan Informasi
  • Belajar online (platform seperti Ruangguru, Google Classroom): 27,8%
  • Akses informasi pemerintahan: 10,3%
  • Kesehatan digital (telemedisin, konsultasi online): 27,7%
  • Konten edukasi dan iptek: 18,5%

Pandemi beberapa tahun lalu telah menciptakan kebiasaan baru di dunia pendidikan. Kini, pembelajaran daring menjadi bagian penting dari sistem pendidikan, baik formal maupun informal.

Platform dan Perangkat yang Digunakan
  1. Perangkat Akses Internet
  • Smartphone: 96%
  • Laptop/PC: 46%
  • Smart TV: 8%
  • Tablet: 6%
  • Perangkat lain (wearables, konsol): 4%

Smartphone tetap menjadi raja. Ketersediaan paket data yang murah serta jaringan 4G dan 5G yang semakin meluas turut menunjang dominasi perangkat seluler dalam akses internet.

  1. Cara Akses Internet
  • Data Seluler: 74,3%
  • WiFi Rumah: 22,4%
  • WiFi Kantor/Sekolah: 1,7%
  • WiFi Publik: 1,0%

Sebagian besar masyarakat Indonesia masih mengandalkan data seluler untuk akses internet sehari-hari, terutama di daerah rural atau desa. Akses WiFi rumah juga meningkat seiring pertumbuhan internet tetap (fixed broadband).

Masalah yang Sering Dihadapi Pengguna

Meskipun penggunaan internet semakin masif, masih ada tantangan yang kerap dihadapi:

  • Pencurian data pribadi: 20,9%
  • Penipuan online: 32,5%
  • Perangkat terkena virus: 19,3%
  • Tidak dapat mengakses aplikasi: 10,0%
  • Tidak tahu: 5,3%

Hal ini menunjukkan pentingnya edukasi keamanan digital bagi pengguna internet, terutama bagi pengguna baru dan kalangan usia lanjut.

Perubahan Perilaku Seiring Waktu

Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, terlihat beberapa tren penting:

  • Konsumsi video online tumbuh signifikan dari 55% (2023) menjadi 76,3% (2025).
  • Penggunaan dompet digital meningkat seiring perkembangan ekonomi digital.
  • Pendidikan daring tetap populer, meski sekolah tatap muka telah normal kembali.
  • Ketergantungan terhadap smartphone meningkat, bahkan di kalangan pelajar SD.

 

Informasi lainnya @Lingkar Kata